Senin, 25 November 2013

MASALAH DI AWAL TAHUN AJARAN

Datangnya awal tahun ajaran sesungguhnya bersamaan dengan berakhirnya suatu masa belajar. Di sini terjadi transisi dari masa tahun ajaran yang lama ke permulaan tahun ajaran berikutnya. Dalam peristiwa ini terjadi transisi atau perpindahan dari satu kelas ke kelas berikutnya, dari satu jenjang ke jenjang berikutnya dan dari dunia pendidikan ke dunia kerja atau kehidupan masyarakat. Sebagaimana halnya dalam suatu peristiwa transisi, akan terjadi berbagai perubahan yang menuntut berbagai kesiapan dalam proses penyesuaian diri. Banyak yang berhasil dalam menghadapi transisi itu, akan tetapi tidak sedikit yang akan menghadapi kesulitan dan masalah, bahkan kegagalan. Masalah itu mungkin dialami oleh berbagai pihak baik anak sebagai subyek pendidikan, maupun orang tua yang mempunyai tanggung jawab utama bagi pendidikan anaknya. Masalah itu dihadapi pula oleh pihak sekolah, pemerintah, dan masyarakat luas dalam bentuk dan kadar tertentu. Bagi anak, masalah utama yang akan dihadapinya adalah terletak dalam aspek penyesuaian diri memasuki dunia baru, kemampuan membuat pilihan, dan kesiapan untuk memasuki persaingan. Bagi orang tua masalah itu terutama berkenaan dengan saranayang diperlukan (seperti biaya, alat-alat belajar, pakaian, pemondokan, dan transportasi) di samping masalah-masalah lain seperti penentuan pilihan, persaingan, penyesuaian diri, dan bahkan mungkin yang menyangkut masalah-masalah pribadi. 

Dari sudut pandang anak selaku subyek pendidikan, sekolah merupakan suatu tempat untuk mencapai apa yang mereka cit-citakan dan memenuhi kebutuhan mereka. mereka memasuki sekolah dan atau perguruan tinggi dengan motovasi tertentu dan segudang harapan serta kebutuhan tertentu, dari yang paling mereka sadari  hingga yang samar-samar, bahkan yang tidak mereka sadari.

Untuk menggapai yang mereka harapkan tentunya harus ada kesiapan yang meliputi :
  1. Kesiapan Intelektual
  2. Kesiapan Pribadi
  3. Kesiapan sosial
  4. Kesiapan Spiritual
  5. Kesiapan fisik.

Minggu, 24 November 2013

PENDIDIKAN ANAK : TANGGUNG JAWAB SIAPA

     Berbicara mengenai pendidikan anak adalah berbicara mengenai pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian bagi peranannya di masa depan. Siapa yang bertanggung jawab bagi pendidikan anak? Pendidikan anak merupakan tanggung jawab negara, orang tua, dan masyarakat. Ketiga pihak ini mempunyai tanggung jawab yang sama dalam membina anak anak melalui upaya pendidikan. Tetapi bagaimana keterkaitan ketiga pihak ini? Inilah yang menjadi persoalan, karena sering terjadi ketiga pihak ini berjalan sendiri-sendiri sesuai dengan masing-masing cita-cita dan tujuannya. Sekolah menyalahkan orang tua anak dibiarkan terus berlangsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kondisi psikologis pihak pihak tersebut.

     Sebenarnya ketiga pihak ini mempunyai tujuan yang sama yaitu mempersiapkan anak dan generasi muda bagi perwujudan dirinya di masa yang akan datang. Namun mengapa sering terjadi masing-masing berjalan sendiri bahkan di satu sisi sering terasa bertentangan atau saling menghambat. Akibatnya terjadi saling menuduh dan menyalahkan satu sama lain. Hal ini tidak perlu terjadi seandainya setiap pihak menyadari akan posisi dan peranan masing-masing secara proposional. Komunikasi antara ketiga pihak merupakan salah satu mata rantai yang hilang dan harus dicari lalu siterapkan secara tepat.

Keterkaitan dan Padanan
     Hal yang harus mendapat perhatian semua pihak adalah upaya untuk mencari dan menyambung mata rantai dan bagaimana menerapkannya. Dalam kegiatan operasionalnya pihak sekolah khususnya paru guru merupakan salah satu unsur pemerintah dan orang tua (ibu-bapak) merupakan unsur keluarga. Keduanya merupakan peran utama dalam pendidikan, serta memeliki subyek yang sama yaitu peserta didik, demi keberhasilannya di masa yang akan datang. Lalu apa yang berbeda? Sebenarnya tidak berbeda secara asasi, yang berbeda hanyalah segi posisi dan pedekatannya.

     Orang tua secara genetik dan alamiah jelas sebagai penanggung jawab pendidikan anak-anaknya. Pemerntah khususnya sekolah dengan para guru sebagai tulang punggungnya secara folmal merupakan penangung jawab bagi seluruh warganya. Selanjutnya sebagai lembaga di masyarakat yang bergeral dalam bidang pendidikan merupakan mitra bagi orang tua dan sekolah. Pendidikan oleh orang tua dalam keluarga merupakan pendidikan yang bersifat informal dan merupakan awal dan pondasi bagi pendidikan selanjutnya. Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan pendidikan dari keluarga yang bersifat formal. Sedangkan pendidikan di masyarakat bersifat nonformal, murupakan pelengkap atau penunjang bagi pendidikan di kelurga dan sekolah. Karena perbedaan sifat dan fungsinya, maka operasional kegiatannya tampak ada beberapa perbedaan dalam situasi prosesnya.

    Kedua pihak ini pada dasarnya masing-masing mempunyai fungsi suplementer atau saling menambah, komplementer atau salaing melengkapi, dn substitusi atau saling mengganti. Pendidikan di keluarga akan menambah atau melengkapi apa yang telah dilaksanakan di sekolah atau di lembaga masyarakat. Juga dapat merupakan substitusi atau melaksanakan alternatif tindakan pendidikan yang tidak bisa dilakukan oleh sekolah atau masyarakat. Pendidikan di sekolah merupakan penambah dan pelengkap dari pendidikan di kepuarga dan masyarakat. Demikian pula pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat fungsinya untuk menambah dan melengkapi pendidikan di keluarga dan sekolah. di samping itu pendidikan di masyarakat merupakan alternatif bagi kegiatan pendidikan yang tidak dapat dilakukan  di rumah maupun di sekolah. Alangkah idealnya apabila orang tua dapat menjadi guru di rumah, dan guru menjadi orang tua di sekolah. Dalam suasana seperti ini, anak akan merasa betah dan dengan sendirinya dapat mengembangkan kepribadiannya secara optimal.